Senin, 02 Februari 2009

Persaingan Capres dan Cawapres


Persaingan dalam memperebutkan orang Nomor 1 di Indonesia pada dasarnya merupakan pertarungan antar individu. Pertarungan ini mencakup “CITRA”, sikap,mental, serta kecepatan dan ketepatan tindakan.

Seseorang yang mempunyai “Bad Image” akan sulit bersaing untuk menjadi Capres dan cawapres Republik Indonesia, sebaliknya seseorang yang mempunyai Good Image” mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapat posisi menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Citra merupakan hal-hal yang diproyeksikan oleh calon-calon Capres dan cawapres yang terlihat dan diamati oleh rakyat Indonesia. Citra adalah hal-hal yang dapat ‘dilihat, dengar, dicium dan rasakan” oleh rakyat terhadap calon-calon tersebut.

Hal-hal tersebut tidak terlepas dari keprofesionalan calon-calon Capres dan Cawapres sebelumnya. Hal yang penting dalam menentukan calon tersebut adalah ihsan (baik) dan jihad (bersungguh-sungguh), dalam artian seorang calon calon Capres dan Cawapres selalu ihsan dalam bekerja dan dilakukan dengan penuh kesungguhan, mengerahkan segala kemampuan untuk hasil yang terbaik dan menjaga kualitas dirinya sebelum maupun akan menjadi Capres dan cawapres di negeri ini.

Calon Capres dan Cawapres yang professional, baik dan sungguh-sungguh, dalam pergaulannya akan selalu aktif berkontribusi kepada masyarakat sekitarnya.

Ada lima hal yang harus ada dalam diri seorang pemimpin.

1. Honest

Artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi keyakinan, ucapan dan perbuatan dengan nilai-nilai kebenaran. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara ucapan dan tindakan. Dalam kepemimpinan, kejujuran akan tampil dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan berupa waktu, janji, pelayanan, laporan, mengakui kelemahan diri sendiri untuk diperbaiki serta tidak berbohong atau menipu.

2. Consistency

Artinya selalu konsisten dalam nilai-nilai kebaikan meskipun menghadapi godaan dan tantangan. Consistency dalam kepemimpinan akan tampil dalam bentuk kesabaran, keteguhan dan keuletan sehingga menghasilkan suatu karya yang optimal dan akan mendapatkan ketenangan dalam memimpin dan berkarya untuk Negara Indo0nesia,

3. Competency

Artinya mengerti, memahami dan menghayati segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Keprofesionalan pemimpin yang competency memiliki kreativitas yang tinggi dan mampu menelurkan inovasi sehingga perkembangan Negara Indonesia sesuai dengan harapan masyarakat

4. Accountability

Artinya bertanggungjawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban yang embannya ketika menjadi seorang Presiden dan Wakil Presiden. Seorang pemimpin perofesional yang accountability akan berprinsip bahwa setiap jabatan yang diembannya dan setiap assigment yang diberikan kepadanya nantinya akan dipertanggungjawabkan tidak hanya kepada rakyat Indonesia akan tetapi kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5. Teach By Role Model

Artinya seorang pemimpin akan memberikan panutan sekaligus mengajak setiap lingkungan kerja yang dipimpinnya baik pergroup maupun superordinat dalam melaksanakan tugas selalu mempraktekkan nilai-nilai kebenaran.

Untuk itu diharapkan rakyat Indonesia agar nantinya dapat memilih calon Wapres dan Cawapres yang betul-betul mempunyai kredibilitas dan dengan kepemimpinannya dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan di Negara Republik Indonesia khususnya prioritas utama dalam dunia pendidikan.

Rabu, 21 Januari 2009

PEMIMPIN

Kata Pemimpin!

Pemimpin pendidikan!

Pemimpin politik, pemimpin bisnis, pemimpin kepanduan,

Pemimpin masyarakat, pemimpin perburuan.

Semua mereka memimpin, bukan mengatur atau memerintah

Anda dapat menuntun kuda Anda menuju mata air,

Tetapi Anda tidak dapat mengatur dia supaya minum.

Jika anda ingin mengatur orang lain, Anda harus

lebih dahulu mengendalikan diri sendiri.

Lakukanlah itu baik-baik maka Anda tidak lagi akan

memerintah, melainkan mulai memimpin!

Pemimpin, orang tua tampak murung karena kehilangan dia. Tetapi para petugas pemerintah, negara, daerah, penegak hukum dan lain-lain berusaha memilikinya. Orang-orang yang tergolong arif menuntut adanya kepemimpinan yang baik.

Tentang siapakah pemimpin, apa yang menentukan kepemimpinan, dan bagaimana seseorang dapat berhasil menjadi pemimpin, telah menjadi pertanyaan sejak zaman dahulu kala. Pemecahan masalah semacam ini bukan suatu hal yang gampang. Sebagai contoh dapat dikemukakan mengenai orang-orang Sparta. Pada zaman dahulu, kepemimpinan dipegang oleh orang-orang yang kuat fisiknya, dan gagah berani dalam perang. Memang pada zaman itu, rakyat amat menghormati orang yang memiliki kekuatan fisik yang luar biasa. Merekalah yang tampil kepanggung percaturan kepemimpinan kala itu. Tetapi lain lagi di zaman bangsa Athena. Pemimpin dipilih, dan mereka berasal dari kalangan tertentu, yang cakap dan pandai berlogika, fasih bicara dan berpidato.

Pemimpin adalah fenomena yang bersifat universal. Dalam setiap zaman, dan di berbagai sektor peradaban manusia, kepemimpinan merupakan bagian kegiatan yang amat penting. Memang sejak zaman dahulu (puyang kite, zaman kerajaan Ulak lebar dengan rajanya raja Biku), kepemimpinan mendapat tempat penting, dan sering merupakan pokok pengamatan, namun paling kurang dimengerti manusia.

Sekarang kembali kepada pertanyaan, apakah kepemimpinan itu? Selama bertahun-tahun, pengertian dan cara menjalankan kepemimpinan mengalami perubahan, berganti dari satu masa ke masa lainnya. Padahal, kompetensi kepemimpinan konsisten dari satu masa ke masa lainnya. Hanya manusia dalam menerapkannya berubah-ubah selalu.

Sebentar lagi Negara Republik Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi untuk memilih Presiden dan wakil presiden periode 2009-2014. Sekarang tinggal giliran rakyat Indonesia untuk melihat dan menentukan calon-calon Presiden dan wakil Presiden, agar nantinya dapat memilih pemimpin yang betul-betul dapat mengarahkan pembangunan yang berpihak kepada rakyat kecil terlepas siapapun yang memimpin. Kesalahan sehari dalam menentukan pilihan akan membuat rakyat Indonesia sengsara selama lima tahun, untuk itu rakyat indonesia jangan mudah tergiur dengan janji-janji manis atau suara kita ditukar dengan beberapa lembar uang

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI

Pada saat penulis ikut pelatihan Training Leadership di Riau, salah satu pengisi materi mengatakan “bahwa di depan mata kita sekarang ada jalan raya gelombang-gelombang elektronik dan informasi yang sangat banyak, hanya tidak bisa kita lihat karena di alam maya, itulah dunia teknologi informasi yang tidak bisa kita pungkiri lagi”.

Teknologi informasi telah menimbulkan Cultural shock yang mempengaruhi masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini tereflesikan dalam perubahan gaya hidup (life style), fashion, mode, pandangan hidup yang materialistis, orientasi dan kecenderungan yang terus berubah seiring dengan arus informasi yang sedang tren.

Perkembangan teknologi informasi telah membuat dampak bagi kehidupan masyarakat Indonesia khususnya di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau. Adapun dampak tersebut yaitu:

1. Dampak Positif

Teknologi dan informasi telah benar-benar menjadi gerbong utama globalisasi di berbagai aspek. Kemajuan teknologi komputer dan internet dapat dijadikan parameter kemajuan teknologi dewasa ini. Memang dengan teknologi informasi telah menciptakan produk-produk baru yang mempermudah dan mempercepat hubungan antar manusia. Bahkan pembangunan tower-tower HP telah ada setiap kecamatan-kecamatan di Kabupaten Musi Rawas dan disetiap sudut kota Lubuklinggau sehinga komunikasi dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan akurat.

Aplikasi penggunaan teknologi informasi telah dimanfaatkan berbagai bidang kehidupan seperti dunia pemerintahan, perbankan, bisnis, administrasi, pendidikan, dan dunia entertaiment (hiburan).

Di dunia pendidikan, teknologi informasi telah dimanfaatkan untuk proses pembelajaran jarak jauh, peningkatan motivasi belajar, penulusuran informasi, komputerisasi administrasi dan lain-lain. Di bidang jurnalistik, teknologi informasi telah dimanfaatkan untuk mengakses berita terbaru dari luar negeri dan penerimaan berita dari dan ke luar negeri. Semua dapat dilakukan dalam waktu singkat dan akurat. Begitu pula dalam bidang lainnya. Teknologi informasi telah memberikan sentuhan-sentuhan baru yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

2. Dampak Negatif

Di samping dampak positif di atas yang menjanjikan kemudahan-kemudahan, teknologi juga memberikan dampak negatif yang luar biasa bagi kehidupan. Adanya kemajuan teknologi informasi memunculkan terjadinya pergeseran-pergeseran nilai masyarakat kita. Lihatlah fashion-fashion, mode busana yang kini tren di kalangan remaja kita, hampir mengikuti mode-mode fashion yang disiarkan secara bebas melalui media elektronik. Demikian pula materi hiburan globalisasi. Arena apa yang ditayangkan secara bebas dikukuh menjadi nilai-nilai yang baik, trend, dan modern. Terutama oleh anak-anak dan remaja. Maka secara tidak langsung terjadilah pada anak-anak dan remaja kita pembentukan perilaku tidak baik, seperti: budaya kekerasan, balas dendam, cengeng, sadistis, individualis dan permisif jauh dari nilai-nilai relegius. Hal ini jelas akan berdampak pada menurunnya semangat dan hasil belajar, yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi psikologis anak-anak seperti cepat cemas, tidak percaya diri, stress, motivasi belajar menurun, dll.

Rendahnya moralitas remaja dewasa ini barang kali dapat dijadikan acuan dasar, betapa teknologi informasi telah banyak berperan. Kemorosotan moral remaja dan bahkan orang tua karena pengaruh gambar-gambar porno yang tersebar luas di masyarakat kita baik melalui VCD, DVD, majalah, handphone maupun situs-situs di internet, telah mengubah norma dan etika yang selama ini diyakini masyarakat menjadi budaya hidup permisif, free sex, pergaulan bebas, dll. Akibat pengaruh sumber-sumber pornografi itu banyak orang dewasa terjebak dalam pergaulan bebas, dan penyimpangan seksual lainnya,. Bahkan tidak jarang terjadi perkosaan, tindak pencabulan, dll. Fenomena ini benar-benar meresahkan kita semua. Apa yang akan diharapkan dari generasi harapan bangsa dan agama yang setiap harinya mengkonsumsi media pornografi, obat-obatan, serta pemenuhan nafsu syahwat belaka?.

Teknologi informasi merupakan sunnatullah dan tuntutan masa depan, yang tidak mungkin dapat ditolak kehadirannya, oleh karena itu diperlukan pilihan-pilihan yang cerdas dan tepat agar dapat memperdayakan dan memanfaatkan teknologi tersebut.

Akhirnya semua terpulang kepada kita semuanya dalam menyikapi tantangan teknologi informasi. Apakah kita mampu memanfaatkan teknologi informasi atau kita hanya akan menjadi sampah dan korban-korban dari teknologi informasi yang sarat dengan muatan-muatan kehidupan jahiliyah. Marilah kita selamatkan anak-anak dan keluarga kita dengan menerapkan nilai-nilai agama, tanpa itu, kita barangkali cepat atau lambat akan larut dalam arus peradaban global jahiliyah yang amat………?

Selasa, 20 Januari 2009

Hidayat Nur Wahid Minta Fatwa Haram Buat Golput



Sebuah usul telah dilambungkan. Adalah Hidayat Nur Wahid yang jadi pelakonnya. Ketua MPR ini meminta MUI mengeluarkan fatwa haram terhadap Golput.

Secara positif, ini barangkali cara Hidayat untuk mengatasi tren golput yang terus meningkat dalam berbagai pilkada. Kekhawatiran terhadap melesatnya golput pastinya bukanlah kerisauan Hidayat saja. Beberapa waktu silam, Megawati juga pernah menyatakan orang yang golput tak pantas jadi warga negara Indonesia.

Seperti halnya Megawati, kali ini pun Hidayat menuai kecaman. Aktivis politik Fadjroer Rahman menilai usulan itu sebagai petanda kemiripan ideologis PKS dengan Soeharto. Presiden RI ke 2, kata Fadjroer, kala itu khawatir dengan munculnya pembangkangan terhadap rezimnya, dengan jalan memboikot pemilu. Agar pembangkangan itu tak berkembang di kalangan umat Islam, Soeharto memerintahkan Ketua MUI KH Hasan Basri menerbitkan fatwa haram bagi golput.

Gus Dur yang sudah berkali-kali melontarkan ajakan golput pada pemilu 2009 juga memberi komentar pedas, terutama sekali kepada MUI. "Biar saja, lha wong MUI-nya saja tidak didengar masyarakat saja, kok masih ngotot. Lebih baik nggak usah ngeluarin fatwa. Fat wa haram atau tidak, nggak akan dipakai orang," ujarnya di sebuah acara.

Terkait fatwa MUI, Anas Urbaningrum (Partai Demokrat) menganggap urusan pengharaman golput tidak tepat. "Tidak diperlukan fatwa haram terhadap golput. Memilih adalah hak, bukan kewajiban. Karena itu, golput bukan perkara haram. Tidak memilih adalah hak, meskipun tidak baik bagi demokrasi," katanya.

Kalau menurut Anda ?

Jumat, 09 Januari 2009

SAVE PALESTINA

Allah mungkin berkehendak lain atas kejadian palestina, hanya Allah yang tahu rahasia ini tapi yakinlah bahwa islam adalah bersaudara, sakit satu berarti kita merasakan kesakitan itu semua. Tapi terkadang hati ini merintih.... kita bukan tidak mau berbuattt... tapi kita mengutukkk penyerangan itu semuuuAAAAA... tapi terkdang yang lebih menyakitkan ..... masih ada orang islam ingin mencari keteneran partainya dalam merebut suara rakyat indonesia di atas penderitaaan rakyat palestina........

Kamis, 08 Januari 2009

Penerbangan Gratis

INFORMASI PENERBANGAN GRATIS
AL-JENAZAH AIRLINES, LAYANAN PENUH 24 JAM
Bila kita akan 'berangkat" dari alam ini ia ibarat penerbangan ke sebuah negara.
Dimana informasi tentangnya tidak terdapat dalam brosur penerbangan, tetapi
melalui Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Di mana penerbangan bukannya dengan Garuda Airlines, Singapore Airlines, atau US Airlines, tetapi Al-Jenazah Airlines.
Di mana bekal kita bukan lagi tas seberat 23Kg, tetapi amalan yang tak lebih dan tak kurang.
Di mana bajunya bukan lagi Pierre Cardin, atau setaraf dengannya, akan tetapi kain kafan putih.
Di mana pewanginya bukan Channel atau Polo, tetapi air biasa yang suci.
Di mana passport kita bukan Indonesia, British atau American, tetapi
Al-Islam.
Di mana visa kita bukan lagi sekedar 6 bulan, tetapi 'Laailaahaillallah'
Di mana pelayannya bukan pramugari jelita, tetapi Izrail dan lain-lain.
Di mana servisnya bukan lagi kelas business atau ekonomi, tetapi sekedar kain yang diwangikan.
Di mana tujuan mendarat bukannya Bandara Cengkareng, Heathrow Airport atau Jeddah International, tetapi tanah pekuburan.
Di mana ruang menunggunya bukan lagi ruangan ber AC dan permadani, tetapi ruang 2x1 meter, gelap gulita.
Di mana pegawai imigrasi adalah Munkar dan Nakir, mereka hanya memeriksa apakah kita layak ke tujuan yang diidamkan.
Di mana tidak perlu satpam dan alat detector.
Di mana lapangan terbang transitnya adalah Al Barzah
Di mana tujuan terakhir apakah Syurga yang mengalir sungai di bawahnya atau Neraka Jahannam.
Penerbangan ini tidak akan dibajak atau dibom, karena itu tak perlu
bimbang.
Sajian tidak akan disediakan, oleh karena itu tidak perlu merisaukan
masalah alergi atau halal haram makanan.
Jangan risaukan cancel pembatalan, penerbangan ini senantiasa tepat
waktunya, ia berangkat dan tiba tepat pada masanya.
Jangan pikirkan tentang hiburan dalam penerbangan, anda telah hilang selera bersuka ria.
Jangan bimbang tentang pembelian tiket, ianya telah siap di booking sejak anda ditiupkan ruh di dalam rahim ibu.
YA!BERITA BAIK!! Jangan bimbangkan siapa yang duduk di sebelah anda.
Anda adalah satu-satunya penumpang penerbangan ini.
Oleh karena itu bergembiralah selagi bisa! Dan sekiranya anda bisa!
Hanya ingat! Penerbangan ini datang tanpa 'Pemberitahuan'.
Cuma perlu ingat!! Nama anda telah tertulis dalam tiket untuk
Penerbangan....
Saat penerbangan anda berangkat...tanpa doa Bismillahi Tawakkaltu 'Alallah,
atau ungkapan selamat jalan.
Tetapi Inalillahi Wa Inna ilaihi Rajiuun....
Anda berangkat pulang ke Rahmatullah. Mati.
ADAKAH KITA TELAH SIAP UNTUK BERANGKAT?
'Orang yang cerdas adalah orang yang mengingat kematian. Karena dengan kecerdasannya dia akan mempersiapkan segala perbekalan untuk menghadapinya.'
ASTAGHFIRULLAH 3X, semoga ALLAH SWT mengampuni kita beserta keluarga...
Amiin
WALLAHU A'LAM

PTS INSTAN


Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Zaman sudah berubah. Semua orang maunya serba cepat. Jadinya, cenderung mengabaikan proses tapi ingin segera mendapat hasil. Apalagi di negara dengan etos kerja rendah seperti Indonesia. Akibatnya, budaya instan mulai masuk ke setiap kehidupan kita. Hidup di zaman modern seperti sekarang ini segala sesuatu dapat kita dapatkan dengan mudah, praktis dan cepat. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Mau ngobrol dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet. Mau transaksi —transfer uang, bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa— tidak perlu susah-susah ke bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone.

Maklum, orang makin sibuk. Malas direpotkan dengan hal-hal ribet. Maunya serba instan. Salahkah itu?, selama masih mengikuti hukum alam, serba instan itu sah-sah saja. “Hidup yang baik dan sukses adalah hidup yang sesuai dengan proses alam”. Sampai level tertentu teknologi bisa kita pakai untuk mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat sesuai hukum alam. Kemajuan teknologi dan tuntutan zaman, memungkinkan kita mendapatkan sesuatu serba cepat. Tetapi tidak asal cepat. Kualitas harus tetap terjaga.. Mestinya, hasilnya harus lebih baik. Jadi, cepat, baik dan bermutu harus berlangsung bersama.

Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat orang enggan bersusah payah. Tak mau melewati proses alias malas. Yang penting cepat !. Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Berorientasi hanya pada hasil, proses tidak penting. Parahnya, “virus” itu sudah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Ingin sukses dengan cara instan. Jadilah, banyak orang korupsi, punya gelar palsu, beli skripsi, dosen jual nilai, kuliah kelas jauh, ijazah aspal, asal lulus, kuliah tidak ijazah ada dan lain sebagainya. Inilah fenomena Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas.

Kalau memang berat, membosankan dan ketinggalan zaman mengapa kita harus bermutu? Kalau ada cara cepat yang memberi hasil, mengapa tidak dicoba?. Lebih lanjut, sekarang ini sudah terjadi pergeseran nilai di masyarakat. Orang makin individualis dan cenderung melecehkan hak orang lain. Untuk mengejar kesuksesannya, orang tak ragu-ragu mengorbankan orang lain.

Pendidikan cenderung dibisniskan, munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan perguruan tinggi di Propinsi Sumatera Selatan pada umumnya dan di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau pada khususnya untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini cenderung dipakai sebagai ajang bisnis. Pola akademik yang memberikan kemudahan dan instan merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak ada kreasi dan inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia pendidikan, karena akhirnya masyarakat/tunas-tunas bangsa Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri, melainkan hanya mengejar gelar untuk prestise. Kondisi pendidikan tinggi seperti ini cukup memprihatinkan. Ada PTS yang mengabaikan proses pendidikan, ada PTS fasilitasnya tidak sesuai dengan program studinya. Bahkan ada PTS yang hanya menjadi mesin pencetak uang dan mengejar kuantitas, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-akalan yang tidak ditunjang dengan peraturan akademik, fasilitas, sarana dan prasarana, hanya untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-banyaknya. Apakah ini gambaran perguruan tinggi berkualitas ?.. Sehingga perguruan tinggi hanya memberikan gelar saja tanpa dibarengi keahlian bagi lulusannya. Dalam hal ini semua, Pemerintah Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas melalui instansi terkait berkerjasama dengan Kopertis II untuk bersikap tegas menindak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang melanggar dan mensosialisasikan aturan yang tak boleh dilanggar oleh PTS. Pengelola perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan.

Jika ini tidak ditanggapi oleh pihak pemerintah Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas, maka PTS di kota dan Kabupaten ini hanya mencetak para penganggur2 intelektual.