Jumat, 09 Januari 2009

SAVE PALESTINA

Allah mungkin berkehendak lain atas kejadian palestina, hanya Allah yang tahu rahasia ini tapi yakinlah bahwa islam adalah bersaudara, sakit satu berarti kita merasakan kesakitan itu semua. Tapi terkadang hati ini merintih.... kita bukan tidak mau berbuattt... tapi kita mengutukkk penyerangan itu semuuuAAAAA... tapi terkdang yang lebih menyakitkan ..... masih ada orang islam ingin mencari keteneran partainya dalam merebut suara rakyat indonesia di atas penderitaaan rakyat palestina........

Kamis, 08 Januari 2009

Penerbangan Gratis

INFORMASI PENERBANGAN GRATIS
AL-JENAZAH AIRLINES, LAYANAN PENUH 24 JAM
Bila kita akan 'berangkat" dari alam ini ia ibarat penerbangan ke sebuah negara.
Dimana informasi tentangnya tidak terdapat dalam brosur penerbangan, tetapi
melalui Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Di mana penerbangan bukannya dengan Garuda Airlines, Singapore Airlines, atau US Airlines, tetapi Al-Jenazah Airlines.
Di mana bekal kita bukan lagi tas seberat 23Kg, tetapi amalan yang tak lebih dan tak kurang.
Di mana bajunya bukan lagi Pierre Cardin, atau setaraf dengannya, akan tetapi kain kafan putih.
Di mana pewanginya bukan Channel atau Polo, tetapi air biasa yang suci.
Di mana passport kita bukan Indonesia, British atau American, tetapi
Al-Islam.
Di mana visa kita bukan lagi sekedar 6 bulan, tetapi 'Laailaahaillallah'
Di mana pelayannya bukan pramugari jelita, tetapi Izrail dan lain-lain.
Di mana servisnya bukan lagi kelas business atau ekonomi, tetapi sekedar kain yang diwangikan.
Di mana tujuan mendarat bukannya Bandara Cengkareng, Heathrow Airport atau Jeddah International, tetapi tanah pekuburan.
Di mana ruang menunggunya bukan lagi ruangan ber AC dan permadani, tetapi ruang 2x1 meter, gelap gulita.
Di mana pegawai imigrasi adalah Munkar dan Nakir, mereka hanya memeriksa apakah kita layak ke tujuan yang diidamkan.
Di mana tidak perlu satpam dan alat detector.
Di mana lapangan terbang transitnya adalah Al Barzah
Di mana tujuan terakhir apakah Syurga yang mengalir sungai di bawahnya atau Neraka Jahannam.
Penerbangan ini tidak akan dibajak atau dibom, karena itu tak perlu
bimbang.
Sajian tidak akan disediakan, oleh karena itu tidak perlu merisaukan
masalah alergi atau halal haram makanan.
Jangan risaukan cancel pembatalan, penerbangan ini senantiasa tepat
waktunya, ia berangkat dan tiba tepat pada masanya.
Jangan pikirkan tentang hiburan dalam penerbangan, anda telah hilang selera bersuka ria.
Jangan bimbang tentang pembelian tiket, ianya telah siap di booking sejak anda ditiupkan ruh di dalam rahim ibu.
YA!BERITA BAIK!! Jangan bimbangkan siapa yang duduk di sebelah anda.
Anda adalah satu-satunya penumpang penerbangan ini.
Oleh karena itu bergembiralah selagi bisa! Dan sekiranya anda bisa!
Hanya ingat! Penerbangan ini datang tanpa 'Pemberitahuan'.
Cuma perlu ingat!! Nama anda telah tertulis dalam tiket untuk
Penerbangan....
Saat penerbangan anda berangkat...tanpa doa Bismillahi Tawakkaltu 'Alallah,
atau ungkapan selamat jalan.
Tetapi Inalillahi Wa Inna ilaihi Rajiuun....
Anda berangkat pulang ke Rahmatullah. Mati.
ADAKAH KITA TELAH SIAP UNTUK BERANGKAT?
'Orang yang cerdas adalah orang yang mengingat kematian. Karena dengan kecerdasannya dia akan mempersiapkan segala perbekalan untuk menghadapinya.'
ASTAGHFIRULLAH 3X, semoga ALLAH SWT mengampuni kita beserta keluarga...
Amiin
WALLAHU A'LAM

PTS INSTAN


Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Zaman sudah berubah. Semua orang maunya serba cepat. Jadinya, cenderung mengabaikan proses tapi ingin segera mendapat hasil. Apalagi di negara dengan etos kerja rendah seperti Indonesia. Akibatnya, budaya instan mulai masuk ke setiap kehidupan kita. Hidup di zaman modern seperti sekarang ini segala sesuatu dapat kita dapatkan dengan mudah, praktis dan cepat. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Mau ngobrol dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet. Mau transaksi —transfer uang, bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa— tidak perlu susah-susah ke bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone.

Maklum, orang makin sibuk. Malas direpotkan dengan hal-hal ribet. Maunya serba instan. Salahkah itu?, selama masih mengikuti hukum alam, serba instan itu sah-sah saja. “Hidup yang baik dan sukses adalah hidup yang sesuai dengan proses alam”. Sampai level tertentu teknologi bisa kita pakai untuk mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat sesuai hukum alam. Kemajuan teknologi dan tuntutan zaman, memungkinkan kita mendapatkan sesuatu serba cepat. Tetapi tidak asal cepat. Kualitas harus tetap terjaga.. Mestinya, hasilnya harus lebih baik. Jadi, cepat, baik dan bermutu harus berlangsung bersama.

Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat orang enggan bersusah payah. Tak mau melewati proses alias malas. Yang penting cepat !. Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Berorientasi hanya pada hasil, proses tidak penting. Parahnya, “virus” itu sudah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Ingin sukses dengan cara instan. Jadilah, banyak orang korupsi, punya gelar palsu, beli skripsi, dosen jual nilai, kuliah kelas jauh, ijazah aspal, asal lulus, kuliah tidak ijazah ada dan lain sebagainya. Inilah fenomena Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas.

Kalau memang berat, membosankan dan ketinggalan zaman mengapa kita harus bermutu? Kalau ada cara cepat yang memberi hasil, mengapa tidak dicoba?. Lebih lanjut, sekarang ini sudah terjadi pergeseran nilai di masyarakat. Orang makin individualis dan cenderung melecehkan hak orang lain. Untuk mengejar kesuksesannya, orang tak ragu-ragu mengorbankan orang lain.

Pendidikan cenderung dibisniskan, munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan perguruan tinggi di Propinsi Sumatera Selatan pada umumnya dan di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau pada khususnya untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini cenderung dipakai sebagai ajang bisnis. Pola akademik yang memberikan kemudahan dan instan merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak ada kreasi dan inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia pendidikan, karena akhirnya masyarakat/tunas-tunas bangsa Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri, melainkan hanya mengejar gelar untuk prestise. Kondisi pendidikan tinggi seperti ini cukup memprihatinkan. Ada PTS yang mengabaikan proses pendidikan, ada PTS fasilitasnya tidak sesuai dengan program studinya. Bahkan ada PTS yang hanya menjadi mesin pencetak uang dan mengejar kuantitas, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-akalan yang tidak ditunjang dengan peraturan akademik, fasilitas, sarana dan prasarana, hanya untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-banyaknya. Apakah ini gambaran perguruan tinggi berkualitas ?.. Sehingga perguruan tinggi hanya memberikan gelar saja tanpa dibarengi keahlian bagi lulusannya. Dalam hal ini semua, Pemerintah Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas melalui instansi terkait berkerjasama dengan Kopertis II untuk bersikap tegas menindak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang melanggar dan mensosialisasikan aturan yang tak boleh dilanggar oleh PTS. Pengelola perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan.

Jika ini tidak ditanggapi oleh pihak pemerintah Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas, maka PTS di kota dan Kabupaten ini hanya mencetak para penganggur2 intelektual.